Di desa Silanan,18 kilometer dari Kota Makale, ibukota Tana Toraja (Tator), ada mumi bayi yang konon berusia ratusan tahun. Di pelbagai daerah di Tator,banyak pula ditemukan kuburan bayi di batang pohon. Lalu banyak batu menhir di Tator? Apakah Obelix sahabat Asterix pernah mampir ke Toraja?
Menurut para penduduk usianya mencapai 300 tahun (ada pula yang mengatakan usianya 300 tahun!). Bayi perempuan itu tak jelas anak siapa. Dia ditemukan di desa itu. Usianya ketika meninngal diperkirakan 4 tahun. Mumi bayi berukuran 60 cm ini, menurut para penduduk,beberapa kali dicoba dikubur di pohon (menurut adat Toraja bayi yang meninngal harus dikubur di batang pohon). Akan tetapi, penutup kubur yang terbuat dari ijuk, selalu terbuka lagi. (kebenaran cerita ini masih misteri sampai saat ini). Para penduduk pun tak berani mengubur bayi ini. Konon, setelah lama menjadi jenazah,muncul rambut sedikit di kepala bayi ini. Kok bisa? Itu pun masih misteri! Kini mummi bayi itu disimpan di sebuah tongkokan kecil di puncak bukit Desa Sillanan, tempat ia ditemukan.
Menurut kepercayaan orang Toraja yang disebut Aluk Todolo,bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh harus dimasukkan kedalam pohon kayu yang besar. Kenapa? Karena bayi seperti itu, menurut kepercayaan orang Toraja, belum mempunyai kesalahan apa pun. Ia masih suci di hadapan Sang Pencipta. Maka ia harus dikembalikan ke alam asalnya, yaitu kedalam pohon besar! Makam bayi di pohon ini disebut Passilliran. Di Tana Toraja banya terdapat passilliran, antara lain di Suaya dan Rante Bori.
Lain padang, lain belalang. Lain daerah, lain pila adat istiadatnya, bagitu kata pepatah (Cailaaah!) Kalau di daerah lain, upacara perkawinan yang dirayakan gede-gedean, di Toraja justru upacara kematianlah yang dipestakan. Bayangkan, upacara kematian di Toraja ada yang sampai memakan waktu tujuh malam! Setiap mhari ada acara pemotonga puluhan kerbau dan babi di tempat upacara bernama rante. Ada pula tarian, nyanyian duka, dan tontonan (adu kerbau, atraksi adu kaki, dan sebagainya).
Banyak tanah lapang di Toraja yang punya batu menhir. Itu tandanya di tanah lapang itu pernah diadakan upacara kematian. Pada setiap upacara kematian, kan banyak kerbau yang akan dikorbankan, kerbau-kerbau itu diikat di batu yang dalam bahasa Toraja disebut simbuang. Jadi setiap ada upacara kematian besar, simbuangnya bertambah. Semakin besar upacaranya, semakin besar batu simbuangnya. Simbuang itu batu asli bikinan Toraja, bukan buatan Obelix! Ada ahli yang khusus membuat simbuang. Batu simbuang ini setelah jadi, karena besarnya, harus ditarik beramai-ramai ke tempat upacara.
Pada setiap upacara kematian, puluhan kerbau dan babi dikorbankan. Kenapa? Ehm, menurut kepercayaan orang Toraja, orang yang sudah mati, jiwanya pergi ke suatu tempat yang bernama puya. Kehidupan sang jiwa di puya itu sama dengan kehidupan di dunia ini. Disana, mereka juga membutuhkan rumah, pakaian, makanan, dan hewan. Nah, itulah sebabnya hewan dikorbankan, agar puya, sang jiwa memiliki hewan. Selain itu, pemotongan hewan juga merupakan penghargaan seorang anak kepada keluarganya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
emang ada ya bayi mumi? Hm... greetings
Posting Komentar